on Leave a Comment

"Jika kamu bisa menjadi apapun, kamu mau menjadi apa?

Saya pernah di-interview oleh kakak kelas dalam rangka masuk ke dalam organisasi di kampus. Pertanyaannya bukan seputar akademis. Mau tahu apa pertanyaannya?

"Jika kamu mau menjadi sesuatu, kamu mau menjadi apa?"

Ya, pertanyaannya jelas dan jika tidak dimengerti, kita boleh menanyakan, maksud dari "mau" ini berarti apa? "mau" di sini artinya kita bisa menjadi apa saja, dari yang tidak pernah kita bayangkan ataupun impian tergila yang pernah kita pikirkan. Seketika itu, banyak sekali pilihan-pilihan yang muncul dalam pikiran saya, namun semuanya tertahan di ujung bibir ini. Mau jadi apa ya?

Belum selesai memberikan jawaban, kakak kelas kembali menyambungkan pertanyaannya, "berikan alasannya juga ya". Kok? Makin aneh ya pertanyaannya. Dari sekian banyaknya hal, saya harus memikirkan alasan mengapa saya memilih hendak menjadi apa. Jika itu yang terjadi kepada anda, anda mau menjadi apa? Saya berikan beberapa contoh yang mungkin bisa menjadi gambaran dari jawaban atas pertanyaan di atas:

on Leave a Comment

Batu Kehidupan : Istirahatlah sejenak

Setelah asyik berjalan sembari mewarnai setiap batu yang ditemukan, remaja tersebut sering menyimpan beberapa batu yang ditemukan dan dimasukkan ke dalam keranjangnya. Ternyata remaja ini suka sekali dengan bentuk batu yang tidak beraturan, sehingga tidak disadari hari sudah mulai gelap.

Dikumpulkannya semua batu yang bisa dia bawa, lalu dia tempatkan di dalam keranjangnya. Sekarang keranjangnya semakin berat. Sepanjang perjalanan yang dilalui, baru kali ini dia merasa pegal yang teramat dalam pada badannya. Tapi itu mungkin hanya perasaannya saja. Sehingga setiap langkah yang dia tempuh makin hari makin berat. Hingga pada akhirnya dirinya tidak bisa mengerakkan sama sekali kakinya.

"Kenapa saya tidak bisa berjalan?" keluh si remaja ini

on Leave a Comment

Penjaga Kunci

Adakah dari kita yang sama sekali tidak memiliki kunci? Apapun itu, kunci motor, kunci mobil, kunci kamar ataupun kunci rumah? Berikut ini sedikit cerita tentang kunci.

Penjaga kunci di Istana adalah orang yang paling sibuk, karena selain harus menjaga kunci beberapa kamar, mereka juga harus dapat membuka kamar yang dikunci. Karena pada jaman dulu, tidak semua orang mengetahui untuk kegunaan apa kamar-kamar di dalam istana, tak seorang pun mengerti kapan kamar tersebut harus digunakan.

Begitu banyaknya kamar di setiap lantai dan koridor ruangan, maka penjaga pintu tidak hanya satu orang saja. Butuh ratusan penjaga pintu untuk mengontrol ruangan beserta kuncinya. Saat itu satu kamar hanya bisa dibuka menggunakan satu kunci. Beberapa dari penjaga pintu hanya memegang dan mengontrol satu kunci. Sedangkan beberapa lainnya, dapat memegang lebih dari 1 kunci.

Sang Raja saat itu sedang sakit dan karena tidak memiliki garis keturunan, sang raja harus segera menentukan siapa pewaris tahta kerjaan selanjutnya. Sang raja kemudian memutuskan untuk mengambil orang dari istana untuk meneruskan nahkoda kepemimpinannya, tapi siapakah orang yang cocok untuk hal itu?

Di saat semua sibuk membicarakan siapa yang akan menjadi penerus Raja selanjutnya, terjadi kehebohan di Ruang Tengah. Banyak yang histeris, berteriak dan terperangah. Sang Raja ternyata telah menemukan siapa pewaris kerajaannya.

"Kenapa harus dia , baginda Raja. Saya sudah mengabdi lebih lama darinya" Teriak seorang penjaga kunci.

"Apa yang kamu sudah lakukan selama hidup mengabdi mu?"

"Saya menjaga dan membawa terus kunci ruangan tempat baginda Raja sering berkunjung jika sedang ingin membaca. Saya tahu ruangan itu sangat penting bagi Raja, sehingga kunci ini selalu saya pegang kemanapun saya pergi" suara penjaga kunci itu begitu mantap terdengar di Aula di depan Raja.

"Kamu begitu mengerti bahwa ruangan itu sering saya kunjungi, dan begitu pandai dalam menjaga kunci itu. Oleh karena itu, saya tetap membutuhkan kamu untuk menjaga ruangan dan kunci itu, karena tidak ada orang yang lebih cocok untuk menjaga kunci itu selain kamu" Tutur Sang Raja

"Tahukah kamu, betapa banyak waktu yang saya habiskan dalam ruangan itu? Dan karena kamu memegang terus kunci itu kemanapun kamu pergi, maka saya harus menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk mencari kamu, karena hanya kamu tahu letak dimana kunci tersebut. Dan ternyata selama ini kamu selalu membawanya kemanapun kamu pergi"

Penjaga kunci akhirnya terdiam, namun di belakangnya muncul suara pengaduan yang mirip dengannya, suara itu adalah si penjaga kunci kedua. "Bagaimana dengan saya, saya memegang kunci lebih dari satu ruangan, dan saya hapal benar kunci mana yang dapat membuka ruangan-ruangan di dalam istana"

"Ah ya, kamu. Kamu memang memegang banyak kunci dan tahu benar kunci apa yang digunakan untuk membuka ruangan. Namun, tahukah kamu bahwa karena ketidakmawasan kamu, maka setiap kamar yang sudah kamu buka tidak pernah kamu tutup kembali. Akibatnya kuncinya sering hilang dan terima kasih untuk kamu , karena berkat kamu kunci ruangan selalu berubah-ubah setiap kali kamu membuka pintu" Bentak sang Raja.

"Saya memilih dia, walau sebagai sesama penjaga kunci, namun dia memiliki apa yang tidak kalian miliki. Dia, walau memegang kunci yang lebih banyak, namun saya tidak pernah kesulitan untuk membuka ruangan yang saya inginkan. Bahkan saya dengan mudahnya dapat menemukan kunci di ruangan di lantai bawah, tanpa harus mengerahkan semua waktuku untuk mencari orang yang memegang kunci kemanapun dia pergi ataupun selalu waspada karena kunci ruangan pasti akan berubah karena setiap kali dibuka pasti hilang!"

"Saya memilih dia yang dengan sedikit perjuangan dan kesusahpayahan dia, dia membuat pencarian kunci ruangan menjadi lebih sistematis, dan sekalipun dia tidak ada (sakit), saya tidak akan kewalahan mencari kuncinya. Setiap kunci dia tandai dengan nomor ruangan dan disimpan dalam kotak khusus dan ditandai bagaimana cara membuka tiap-tiap ruangan. Dia juga mengajarkan saya bagaimana cara menemukan dan menggunakan kunci. Manakala dia tidak ada, saya masih tetap bisa membuka ruangan tersebut"

Dari cerita di atas:
Adakah dari kita yang selalu memegang kunci tersebut kemanapun kita pergi?
Atau kita yang sering lupa dan meletakkan dengan sembarangan kunci tersebut dan mulai kebingungan ketika kita membutuhkan kunci itu?
Atau kita sudah mempersiapkan segalanya, membuat penanda, menyimpan dan meletakkan kunci di tempat yang seharusnya dan dapat dijangkau agar orang lain pun dapat menggunakannya di saat kita tidak ada?

Sudahkah kita melakukan hal demikian? tentunya bukan "kunci" biasa yang saya maksud.
on Leave a Comment

Perubahan : Dimulai dari diri sendiri

Semua pasti mengenal kata dari Perubahan. Wujud asli dari kata tersebut adalah Berubah atau biasanya dikenal sebagai reformasi, transform atau change. Namun kita tidak akan berbicara bagaimana Reformasi pada Negri ini, ataupun wujud-wujud Transformasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

Mungkin dari kita ada yang pernah mendengar tentang ungkapan ataupun cerita mengenai sosok orang tangguh yang berniat untuk mengubah dunia? Saat muda, dia sangat bersemangat untuk mengubah Dunia, karena dia yakin jika bisa mengubah dunia, maka itu akan lebih baik untuk banyak orang. Hingga pada saat usianya tak lagi muda, dia menyadari bahwa mengubah dunia ini terlalu berat. Lalu dia putuskan untuk mengubah Negaranya saja, dia berpikir mungkin mengubah nasib masyarakat yang sama ideologinya lebih mudah untuk dilakukan.

Itupun tak semudah yang dia pikirkan, Negara merupakan perwujudan sekumpulan masyarakat dan betapa susahnya untuk mengubah mereka. Lalu dia pun mulai memikirkan ruang lingkup yang lebih kecil, dan akhirnya dia memutuskan untuk mengubah lingkungan tempat dia tinggal. Mungkin diawali dengan lingkungan lebih kecil dan sudah dipahami, maka hal itu akan mudah dilakukannya. Dan sekali lagi dia menemukan betapa sulitnya mengubah lingkungan tempat tinggalnya. Hingga akhirnya dia melihat keluarganya sebagai lingkungan masyarakat terkecil. Ah, ini pasti bisa, pikirnya. Dia berusaha untuk mengubah keluarganya.

Dan hingga sampai di akhir hidupnya, dia kemudian menyadari bahwa satu-satunya yang bisa dia ubah bukanlah keluarganya, namun dirinya sendiri.

Dari cerita di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa seringkali kita memaksakan orang lain untuk berubah, berubah mengikuti kehendak kita. Tanpa disadari bahwa mereka takkan berubah hanya karena kita memaksa mereka mengikuti keinginan kita? Coba kita menempatkan diri kita di posisi sebaliknya, akankah kita berubah untuk mereka karena mereka mengharuskan kita berubah sesuai dengan kehendak mereka? Tentu jawabannya tidak.

Namun saya akan berikan cara bagaimana mereka dapat berubah sesuai dengan kehendak kita, tanpa kita memaksakan mereka harus berubah. Dalam hal ini, yang ingin saya katakan adalah mereka berubah karena kita berubah. Maksudnya?

Saya berikan contoh cerita seperti berikut:
Ada mahasiswa yang kasar dan berandal di kampus. Katakanlah itu si A. si A ini sering menjelek-jelekkan orang, suka memukul dan menindas yang lemah.
Apakah orang seperti dia akan disukai banyak orang? Tentu tidak.
Apakah orang seperti ini akan memiliki banyak teman? kita meragukan itu.
Dan jika saat ini si A mengharapkan orang lain sebagai temannya, apakah memungkinkan?
Jika sikap si A masih sama seperti dulu, beringas dan berandal? Dengan kelakuannya seperti tersebut, wajar dia dimusuhi oleh seisi kampus.

Namun suatu hari si A memperbaiki sikapnya, dia sadar bahwa selama ini dirinya bersikap kasar, sehingga dia merendahkan tutur kata-katanya menjadi lembut, dia rajin membantu orang di sekitarnya dan bersikap baik. Apakah teman-temannya masih melihat si A ini sebagai seorang penjahat? Pada awalnya teman-temannya mungkin ragu untuk mendekatinya, namun perlahan tapi pasti , jika si A terus memperbaiki sikap dan sifatnya, maka tidak lama lagi tentunya dia akan didekati banyak teman.

Kita melihat dari cerita si A di atas. Sikap Teman-temannya berubah KETIKA si A mengubah sikapnya. Jadi tidak secara ajaib ya, teman-temannya berubah karena si A menginginkan teman! Tapi karena si A mengubah tabiatnya, sehingga PERSEPSI orang terhadapnya BERUBAH.

Saya berikan ilustrasi lebih sederhana: jika kita mengharapkan tamu untuk datang ke rumah, apakah kita tetap mengunci pintu rumah kita dengan rapat? Pintu di rumah harus kita bukakan lebar-lebar untuk menerima mereka, dengan demikian mereka akan dengan lega hati memasuki rumah kita dengan nyaman.

Last, but not least:
Jika kita ingin mengubah orang lain, kita harus mengubah diri kita.
Namun untuk mengubah diri kita, kita harus mengenal jati diri kita, dan
untuk mengenal jati diri kita, kita harus menerima diri kita apa adanya terlebih dahulu.
Powered by Blogger.