on Leave a Comment

Batu Dari Langit

Hari itu sinar matahari belum tepat di atas kepala kerumunan masyarakat, namun keramaian sudah memuncak. Tepat di tengah panggung, sebuah acara lelang sedang dilakukan. Pembawa acara yang berada di tengah kerumunan itu bukan hanya satu atau dua, namun ada lebih dari 3-4 orang. Keramaian yang terjadi tidak memungkinkan acara lelang berlangsung dengan tertib. Bahkan banyak sekali pasukan pengamanan yang diterjunkan untuk menjaga acara itu.

Line telepon pun tidak berhenti berdering, tidak menyisakan jeda untuk berhenti. Mereka yang dari luar pun berebut untuk memasukkan harga dan berlomba untuk mendapatkan barang yang berharga yang dilelang di acara itu. Tidak ada informasi yang jelas yang dapat dilihat ataupun ditelaah mengenai apa barang yang dilelang. Apakah artefak kuno, teknologi canggih atau bisa jadi obat awet muda.

Remaja ini kebingungan, tapi dirinya tetap mencoba mencari informasi mengenai keramaian yang sedang berlangsung. Dirinya harus memaksa masuk ke dalam kerumunan orang hanya untuk melihat barang apa yang akan dilelang. Dari kejauhan, barang itu berukuran tidak besar. Karenanya dirinya harus mendekatkan diri untuk melihat secara pasti apa yang dilelang oleh acara itu. Setelah kurang lebih berjarak 8 meter, jarak yang diperbolehkan oleh panitia, dirinya melihat barang tersebut berada dalam kotak kaca yang berukuran tidak lebih dari seukuran ubin. Barang itu kecil, dan tidak ada hal yang menarik yang bisa dipancarkan oleh barang sekecil itu.

on 2 comments

Laron, Tanda Awal Musim Hujan..

Kalau di malam hari di sekitar lampu yang bersinar ada banyak serangga yang berterbangan, itu tandanya akan hujan. Lho? Serangga apa sih yang suka berkumpul di dekat cahaya, cuma di malam hari pula? Kita mengenalnya dengan sebutan Laron.

Penulis biasanya ketika menemukan ada 2-5 Laron mulai berkumpul di atas lampu depan, maka lampu rumah tersebut akan dipadamkan dan menutup jendela serta menutup pintu. Jika ada orang yang lewat di depan rumah, maka dapat dipastikan rumah tersebut gelap gulita dari arah depan. Padahal sebenarnya di dalam rumah ada penghuninya. Dan biasanya setelah menunggu beberapa saat, penulis akan mengecek kondisi di luar jika Laron tersebut sudah hilang atau tambah ramai. Jika Laron sudah hilang, lampu rumah pun akan dihidupkan seperti sedia kala.

Sebenarnya apa sih Laron ini? Banyak yang mengatakan bahwa Laron adalah pertanda bahwa musim hujan akan datang. Tapi yang pasti bagi penulis, jika Laron ini sudah masuk ke ruang tengah di dalam rumah, akan lebih menyusahkan untuk mengusir dan membersihkan sayap-sayapnya yang patah.
on 1 comment

Saat Kakak Adik Bertengkar, Apa Yang Harus Dilakukan?

Pernah melihat orang bertengkar? Bisa jadi orang yang bertengkar itu adalah sepasang suami istri, orang tua dan anak ataupun kakak adik yang sedang bertengkar. Kejadian tersebut tidak dapat dihindari terutama bagi mereka yang memiliki saudara. Adanya saudara dalam rumah adalah berkah bagi orang tua. Dimana orang tua terkadang tidak selalu berada di rumah, apalagi jika kedua orang tua aktif bekerja di luar rumah. Saudara adalah teman terdekat yang pertama kali bisa ditemui sebelum anak-anak berinteraksi dengan teman di luar rumah.

Namun, saudara tidak selamanya bisa akur. Tingginya intensitas bertemu tidak bisa menjadi tolak ukur bahwa antar saudara dapat hidup harmonis di sepanjang waktu. Bisa jadi karena banyaknya waktu yang dihabiskan tersebut, banyak hal yang bisa dibicarakan, didiskusikan dan diperdebatkan.
Biasanya alur komunikasi yang terbentuk di antara saudara dimulai dari adanya ketertarikan pada benda atau hal yang sama. Hal tersebut dilanjutkan dengan pembahasan ringan dan jika diteruskan lagi maka akan masuk ke sesi debat. Hasil akhir dalam debat hanya menghasilkan dua akhir, apakah kedua belah pihak setuju atau berakhir dengan drama. Jika hal ini terjadi pada anak kecil, pastilah keduanya akan berargumen dan pada akhirnya bisa bertengkar.

Kejadian di atas sering sekali kita temui. Tidak perlu jauh-jauh untuk mengambil contoh, di dalam rumah pun hal tersebut bisa terjadi. Apa yang harus dilakukan jika kita menemui mereka sedang bertengkar?
on 1 comment

Mengendalikan Perasaan Marah Milikmu, Bukan Milik Orang Lain

Siapa yang tidak pernah marah? Marah adalah lumrah bagi kita. Namun jika terlalu sering marah, itu berarti ada sesuatu dalam kehidupan kita yang harus diperbaiki. Kita tentunya tidak ingin marah di setiap harinya terkecuali jika memang itu adalah tuntutan profesi. Tapi apakah ada jabatan di perusahaan yang fungsinya khusus hanya untuk memarahi anak buahnya? Lantas, apakah fungsi team di bawah orang tersebut akan berjalan dengan baik jika atasannya lebih memusatkan perhatiannya untuk memarahi dibandingkan mengarahkan?

Seperti kebanyakan hal lainnya, jika dilakukan dalam porsi yang tidak berlebihan, maka marah merupakan lecutan yang bersifat positif. Masalahnya adalah terkadang kita tidak memiliki batasan yang pasti untuk menampung perasaan marah ini. Beberapa dari kita sering menyebutnya dengan ungkapan "Jangan coba-coba untuk menguji kesabarannya". Marah dalam hal ini lebih dekat dengan sikap sabar. Menghadapi orang yang sulit, membuat kita sering mengelus dada. Segera setelah kita kehabisan kesabaran, amarah yang menumpuk tersimpan akan diledakkan keluar.

Pertanyaannya adalah seberapa lama orang tersebut harus dalam posisi marah? Kita sering membaca dan mendengar tentang akibat dari marah, namun adakah yang bisa memberikan durasi kapan perasaan marah tersebut harus berakhir? Kadang kita bisa menyaksikan walau ucapan sudah tidak ada yang keluar dari mulut, namun ada beberapa orang yang tidak cukup hanya melampiaskan marahnya, bahkan harus memendamnya!
on Leave a Comment

When Enough Is Never Enough (Ketika Cukup Tidak Pernah Cukup)

Ungkapan "Mencegah lebih baik daripada Mengobati" sudah sering kita dengar. Tidak hanya untuk penyakit, namun bisa diartikan untuk hal-hal yang tidak dapat diperbaiki jika sudah terlanjur kejadian. Pada Kenyataannya masih banyak di antara kita yang masih sampai saat ini seperti berusaha menguji akan pembenaran kata-kata di atas.

Ini adalah kisah menarik yang akan saya ceritakan. Bermula dari sebuah team baru yang memegang peranan baru. Bisa dibilang bahwa team ini adalah team baru dengan personel baru dan dengan ruang lingkup pekerjaan yang dulunya adalah kerjaan sampingan team lain. Team ini awalnya beranggotakan 2 orang dan kemudian seiring dengan waktu bertambah, pada akhirnya mencapai 8 orang.

Banyaknya deadline yang harus dikejar mengharuskan team ini memacu adrenalin di setiap nafas, tidak hanya saat menjejakkan kakinya ke area kantor, melainkan harus menarik nafas yang panjang saat meletakkan kakinya keluar dari kantor. Sesekali nafas pendek dapat pula ditarik hembuskan jika ada pekerjaan yang "tertangkap" melenceng dari target. Kadang aliran informasi yang tidak lengkap dan sering terputus di tengah jalan, dan terlalu banyak dibumbui ketika sampai di telinga atasan membuat suasana kerja semakin tidak kondusif.

on 1 comment

Kebiasaan (Memang) Tidak Mudah Diubah Namun Itu Bisa!

Tidak semua orang bisa berhenti dari kebiasaan lama mereka. Beberapa dari kita menyadari secara sadar bahwa kebiasaan yang kita jalani sebenarnya tidak memberi manfaat untuk kita. Bahkan kadang kebiasaan tersebut bisa menjurus ke hal yang negatif, baik ke diri sendiri maupun ke orang lain.

Penulis teringat akan salah satu kebiasaan yang sering dilakukan saat masih di bangku sekolah. Kebiasaan ini sering dilakukan saat penulis tidak mendapati menu makanan yang tersaji di meja makan baik di pagi, siang maupun di malam hari. Saat itu (penulis masih anak-anak kelas 8) adalah hal yang lumrah jika melampiaskan rasa lapar dengan membuat salah satu sajian mie instan. Banyak sekali variasi rasa yang ada di mie instan di negara kita. Dari yang berkuah hingga yang kering (goreng), ataupun dalam kemasan cup. Semua mie instan tersebut bagai magnet untuk kebanyakkan orang.

Salah satu kebiasaan yang penulis lakukan saat itu adalah seringnya makan mie instan. Jika menu sarapan dirasa tidak cocok, maka penulis akan mulai memasak mie instan. Begitu juga halnya untuk menu makan siang. Jika di pagi harinya sudah memakan mie instan berkuah, maka biasanya penulis akan menvariasikannya dengan memakan mie instan goreng. Hal yang sama akan terulang untuk malam harinya, biasanya mie instan ini dimakan bersamaan dengan nasi. Orang kita memang terkenal dengan semboyan "jika belum makan nasi, itu namanya belum makan".
Powered by Blogger.