Semua pasti mengenal kata dari Perubahan. Wujud asli dari kata tersebut adalah Berubah atau biasanya dikenal sebagai reformasi, transform atau change. Namun kita tidak akan berbicara bagaimana Reformasi pada Negri ini, ataupun wujud-wujud Transformasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Mungkin dari kita ada yang pernah mendengar tentang ungkapan ataupun cerita mengenai sosok orang tangguh yang berniat untuk mengubah dunia? Saat muda, dia sangat bersemangat untuk mengubah Dunia, karena dia yakin jika bisa mengubah dunia, maka itu akan lebih baik untuk banyak orang. Hingga pada saat usianya tak lagi muda, dia menyadari bahwa mengubah dunia ini terlalu berat. Lalu dia putuskan untuk mengubah Negaranya saja, dia berpikir mungkin mengubah nasib masyarakat yang sama ideologinya lebih mudah untuk dilakukan.
Itupun tak semudah yang dia pikirkan, Negara merupakan perwujudan sekumpulan masyarakat dan betapa susahnya untuk mengubah mereka. Lalu dia pun mulai memikirkan ruang lingkup yang lebih kecil, dan akhirnya dia memutuskan untuk mengubah lingkungan tempat dia tinggal. Mungkin diawali dengan lingkungan lebih kecil dan sudah dipahami, maka hal itu akan mudah dilakukannya. Dan sekali lagi dia menemukan betapa sulitnya mengubah lingkungan tempat tinggalnya. Hingga akhirnya dia melihat keluarganya sebagai lingkungan masyarakat terkecil. Ah, ini pasti bisa, pikirnya. Dia berusaha untuk mengubah keluarganya.
Dan hingga sampai di akhir hidupnya, dia kemudian menyadari bahwa satu-satunya yang bisa dia ubah bukanlah keluarganya, namun dirinya sendiri.
Dari cerita di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa seringkali kita memaksakan orang lain untuk berubah, berubah mengikuti kehendak kita. Tanpa disadari bahwa mereka takkan berubah hanya karena kita memaksa mereka mengikuti keinginan kita? Coba kita menempatkan diri kita di posisi sebaliknya, akankah kita berubah untuk mereka karena mereka mengharuskan kita berubah sesuai dengan kehendak mereka? Tentu jawabannya tidak.
Namun saya akan berikan cara bagaimana mereka dapat berubah sesuai dengan kehendak kita, tanpa kita memaksakan mereka harus berubah. Dalam hal ini, yang ingin saya katakan adalah mereka berubah karena kita berubah. Maksudnya?
Saya berikan contoh cerita seperti berikut:
Ada mahasiswa yang kasar dan berandal di kampus. Katakanlah itu si A. si A ini sering menjelek-jelekkan orang, suka memukul dan menindas yang lemah.
Apakah orang seperti dia akan disukai banyak orang? Tentu tidak.
Apakah orang seperti ini akan memiliki banyak teman? kita meragukan itu.
Dan jika saat ini si A mengharapkan orang lain sebagai temannya, apakah memungkinkan?
Jika sikap si A masih sama seperti dulu, beringas dan berandal? Dengan kelakuannya seperti tersebut, wajar dia dimusuhi oleh seisi kampus.
Namun suatu hari si A memperbaiki sikapnya, dia sadar bahwa selama ini dirinya bersikap kasar, sehingga dia merendahkan tutur kata-katanya menjadi lembut, dia rajin membantu orang di sekitarnya dan bersikap baik. Apakah teman-temannya masih melihat si A ini sebagai seorang penjahat? Pada awalnya teman-temannya mungkin ragu untuk mendekatinya, namun perlahan tapi pasti , jika si A terus memperbaiki sikap dan sifatnya, maka tidak lama lagi tentunya dia akan didekati banyak teman.
Kita melihat dari cerita si A di atas. Sikap Teman-temannya berubah KETIKA si A mengubah sikapnya. Jadi tidak secara ajaib ya, teman-temannya berubah karena si A menginginkan teman! Tapi karena si A mengubah tabiatnya, sehingga PERSEPSI orang terhadapnya BERUBAH.
Saya berikan ilustrasi lebih sederhana: jika kita mengharapkan tamu untuk datang ke rumah, apakah kita tetap mengunci pintu rumah kita dengan rapat? Pintu di rumah harus kita bukakan lebar-lebar untuk menerima mereka, dengan demikian mereka akan dengan lega hati memasuki rumah kita dengan nyaman.
Last, but not least:
Jika kita ingin mengubah orang lain, kita harus mengubah diri kita.
Namun untuk mengubah diri kita, kita harus mengenal jati diri kita, dan
untuk mengenal jati diri kita, kita harus menerima diri kita apa adanya terlebih dahulu.
Perubahan : Dimulai dari diri sendiri
Powered by Blogger.
0 komentar:
Post a Comment