Dikisahkan ada sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak yang berusia 2 tahun. Malam itu, sang ayah dan ibu sedang menunggu anak semata wayang untuk menikmati makan malam yang sudah tersedia di atas meja makan.
Saat itu, sang anak sedang asyik bermain. Ketika namanya dipanggil oleh ibunya, dirinya langsung berdiri dan berlari menuju ke arah ibunya. Sesaat sebelum sampai di ruang makan, anak itu terjatuh. Rasa sakit diderita oleh anak itu, namun dirinya diam menahan sakit sembari berusaha berdiri kembali.
Kali ini ketika anak itu berusaha berdiri, salah satu tangannya menyentuh kaki meja dan mengakibatkan wadah yang berisi air di atas meja tersebut jatuh. Bersamaan dengan kejadian itu, anak itu terjatuh ke lantai. Kali ini lantai tempat dia terjatuh sudah dipenuhi oleh tumpahan air tadi. Secepatnya anak itu berusaha bangkit, namun secepat itu juga anak itu terpeleset jatuh.
Berulang kali anak itu berusaha kembali berdiri, namun mengubah posisi dari terjatuh menjadi berdiri tegak lebih susah apabila posisi berdiri tersebut harus berada di atas tumpahan air. Rasa sakit yang dialami dari rangkaian jatuh bangun itu akhirnya tak tertahankan harus dimuntahkan melalui tangisan anak itu.
Melihat anak satu satunya mereka terjatuh dan tidak dapat berdiri setelah serangkaian usahanya yang gagal, sang ayah mendekatkan diri ke anak itu. Sang anak yang tahu bahwa ayahnya mendekat, perlahan lahan mengecilkan suara tangisnya. Tidak seperti kebanyakkan anak kecil lainnya, dimana mereka akan meminta uluran tangan dari orang yang datang mendekati, anak ini tidak ingin dibantu berdiri oleh ayahnya sendiri.
Sang ayah yang tahu hal itu kemudian diam namun dirinya tetap mendekat ke anaknya. Sang ayah menatap ke mata anaknya, menunggu apa reaksi dari si anak. Sang ibu berada di belakang ayah dan sesaat kemudian, posisi kedua orang tua tersebut sudah berada di depan anak itu. Mereka saling terpaku diam, namun tatapan mereka tidak lari dari posisi anak tersebut berada.
Suara tangis anak tersebut semakin lama semakin mengecil. Dan tiba tiba anak itu bersuara "Semenit tadi, saya bisa berdiri dan berlari. Sekarang, berdiri pun saya tidak bisa, Mengapa ayah? Apa yang terjadi dengan diri saya, bunda?"
Kedua orang tua tersebut saling pandang, sebelum akhirnya bersuara "Kamu terjatuh nak. Sini, kami bantu kamu untuk berdiri"
Anak itu kemudian dibantu oleh kedua orang tuanya, dan dipindahkan ke lantai yang bersih. Sang ibu mengambil kain untuk membersihkan tumpahan air di lantai. Sedangkan sang ayah memangku buah hatinya di pangkuannya.
Anak itu kembali bertanya "Mengapa sulit sekali berdiri kalau sudah jatuh, ayah?"
Sang ayah menjelaskan bahwa karena tumpahan air tersebut yang membuat sang anak kesulitan untuk berdiri. Sesaat sebelum anak itu dapat berdiri kokoh, dirinya akan kembali jatuh karena berusaha berdiri di atas tumpahan air yang memang dapat membuat orang terjatuh.
Anak itu bertanya kepada ayahnya, apakah jatuh itu adalah sesuatu hal yang wajar? Tentu sang ayah mengiyakan pertanyaan sang anak. Namun anak itu belum puas akan jawaban ayahnya. Anak itu bertanya "Kalau jatuh itu adalah hal yang wajar, berapa kali saya harus terjatuh?"
Sang ayah terdiam sejenak. Bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Sang ayah memutar otak untuk memikirkan apa jawaban yang tepat untuk diberikan kepada anaknya. Kemudian sang ayah menjawab "Sampai kamu tahu bagaimana cara berdiri yang benar".
Sang anak berusaha mengerti maksud ayahnya, namun kesulitan mendapat apa makna yang ingin diberikan oleh ayahnya. Sejurus kemudian, dia bertanya kembali "Untung tadi ada ayah dan bunda... Tapi jika suatu hari nanti, ayah dan bunda tidak berada di rumah saat saya terjatuh lagi oleh tumpahan air, bagaimana caranya saya bisa berdiri lagi?"
Sang ayah tersenyum dan menunjuk ke arah ibu. Sang ibu sedang membersihkan tumpahan air di lantai. "Ketika kamu terjatuh karena satu hal, coba perhatikan apa itu. Di kemudian hari, kamu harus waspada terhadap hal yang sudah pernah membuat kamu terjatuh, usahakan jangan sampai terjatuh kembali"
"Dan jika kamu hendak bangkit untuk berdiri, lihatlah ke sekitar tempat kamu terjatuh. Adakah media yang menyulitkan dirimu untuk berdiri? Sebagai contoh kasus tadi, kamu harus hindari tumpahan air itu, merangkak ke sisi yang kering dan berusaha berdiri kembali di atas lantai yang kering"
Anak itu tersenyum. Sekarang dia mengerti. Kini mereka melanjutkan apa yang sempat tertunda tadi, yakni makan malam bersama.
0 komentar:
Post a Comment