on 12 comments

Kebiasaan Menarik Rambut, Berbahayakah?

Penulis tidak pernah lupa tentang kebiasaan yang satu ini, dimana sejak kecil sudah dialami oleh penulis. Biasanya kebiasaan menarik rambut ini dilakukan oleh penulis saat di waktu luang atau sedang menunggu event namun kehabisan akal bagaimana cara melewati hari.

Kebiasaan ini tidak sulit untuk dilakukan, bermodalkan tangan yang idle serta rambut sebagai lahan yang akan dicabut, tentunya menjadikan kebiasaan ini sudah tidak mencolok lagi bagi kerumunan ramai. Belum lagi aktivitas ini biasanya juga dilakukan oleh kaum manula yang sering meminta cucu-cucu kesayangannya untuk mencabut rambut yang berwarna putih (uban). Fenomena munculnya rambut uban ini pada era modern tidak hanya menimpa kaum manula, bahkan sekarang sudah menimpa kaum produktif (dewasa).

Melihat rangkaian hal seperti di atas, tentunya mencabut rambut bukan barang baru bagi kita kan? Namun, penulis tetap merasakan ada keanehan saat melakukan aktivitas menarik rambut ini, walau rambut yang ditarik sudah pasti rambut penulis sendiri. Berbahayakah kebiasaan ini?

Kebiasaan ini ternyata dikenal dengan nama Trichotillomania. Ini merupakan kelainan atau penyakit lho. Area rambut yang biasanya dicabut adalah rambut kepala (paling banyak) kemudian alis mata, bulu mata, rambut di wajah, lengan dan di tangan. Beberapa tempat lainnya (walau sedikit) adalah di area kemaluan, ketiak, jenggot dan di dada.

Trichotillomania ini tergolong dalam kelainan penyakit yang sama dengan:
- Obsessive-Compulsive Disorder (OCD), ketakutan akan hal yang tidak masuk akal
- Body Dysmorphic Disorder (BDD), ketidakpuasan yang ekstrim terhadap penampilan tubuh
- Nail Biting (onychophagia), kebiasaan mengigit kuku
- Skin picking (dermatillomania), kebiasaan mencabut kulit sendiri
- Tic disorders, gangguan motorik yang tidak dikendalikan oleh diri sendiri
- Eating disorders, kelainan pada kebiasaan makan

Orang yang menderita Trichotillomania sering menarik hanya satu rambut pada suatu waktu dan episode menarik rambut ini dapat bertahan selama berjam-jam pada suatu waktu . Trichotillomania juga bisa mengalami masa vacuum seperti tidak ada keinginan untuk "menarik " dalam hitungan hari, minggu, bulan , bahkan bertahun-tahun.

Sudah pasti kita sedang mencari apa efek dari kebiasaan ini. Pada beberapa kasus, kerusakkan rambut (dari akar hingga ke ujung rambut), hingga pada kasus extreme yakni kebotakkan (kehilangan rambut). Kehilangan rambut pada kasus ini tidak seperti kondisi normal bagi mereka yang termakan usia, melainkan adanya area di sisi kepala yang "hilang" rambutnya.

Tentu hal ini menurunkan rasa percaya diri bagi penderita karena harus menanggung malu di lingkungan tempat dia beraktivitas. Sering sekali mereka menggunakan topi ataupun wig (rambut palsu) untuk menutupi kehilangan rambut tersebut. Iya jika yang botak adalah rambut di kepala, jika botaknya di alis mata? Lalu bagaimana jika yang mengalami itu adalah kaum wanita? Sependek pendeknya rambut wanita, jarang sekali (itupun artis) yang akan membanggakan diri mereka jika mereka tidak memiliki mahkota (rambut = mahkota wanita).

Menurut fakta di lapangan, penderita kelainan ini lebih banyak menimpa kaum hawa dibandingkan dengan kaum adam, dengan rasio 3:1. Umumnya gejala ini sudah bisa ditemukan pada usia anak saat di rentang 9-13 tahun. Beberapa ahli meyakini bahwa gejala yang ikut mengiringi kebiasaan ini karena dilanda stress.

Terkadang penderita trichotillosis secara tak sadar maupun dengan sadar akan menggapai lokasi rambut yang akan dicabutnya. Pada orang dewasa, 3/4 dari mereka melakukannya tanpa disadari. Sadar atau tak sadar ini merupakan salah satu kunci yang dapat membantu dalam menentukan strategi pengobatan.

Penderita trichotillosis ini mendapatkan sensasi kenikmatan saat mencabut rambutnya, terkadang terdengar bunyi suara rambut tercabut. Pada kondisi extreme, malah mendapatkan sensasi kenikmatan dari sakitnya rambut yang tercabut itu. Beberapa diantaranya ada yang setelah mencabut kemudian mulai memakan rambut mereka sendiri.

Apa yang penulis alami tidak jauh berbeda. Hanya saja penulis tidak mencabut rambut lain selain rambut di kepala. Rambut kepala yang diincar pun hanya 1, bukan 1 jenis, melainkan hanya 1 (sebuah) rambut. Lantas apa motif penulis ingin mencabut rambut itu? Karena bentuk rambut yang tidak biasa, spiral seperti per (rambut penulis mayoritas lurus), bukan keriting. Umumnya mereka menyebutnya dengan rambut mati. Hal yang membuat kebiasaan ini bisa bertahan lama adalah letak rambut ini yang berada di belakang kepala sehingga tidak dimungkinkan dicabut hanya dengan bantuan 1 cermin. Belum lagi karena rambut penulis selalu dipotong pendek, maka sangat kecil kemungkinannya untuk bisa mencabut rambut itu. (penulis = laki).

Namun, terlepas dari itu semua, kini penulis meyakini bahwa tidak hanya penulis yang menderita kebiasaan ini. Nyatanya kurang lebih 4% populasi di dunia diyakini mengalami kelainan ini. Beberapa sumber menyatakan bahwa ada sekitar 0.6% populasi atau sekitar 2.5 juta warga Amerika Serikat yang menderita penyakit ini.

Lalu bagaimana cara menghilangkan kebiasaan ini?
Hingga saat ini belum ada obat yang bisa menghilangkan kebiasaan. Hanya terapi dan treatment psikolog/dokter yang tersedia saat ini.

Namun seperti kebiasaan-kebiasaan lainnya, untuk mengobati penyakit ini tentu harus melalui kontrol diri dan kewaspadaan penuh akan gerak motorik yang kita lakukan. Maksud penulis adalah bahwa kebiasaan ini (mencabut rambut) adalah kebiasaan yang dilakukan oleh tangan kita, bukan menyuruh orang lain untuk mencabut rambut kan? Yang artinya, kita seharusnya sadar diri menyadari perbuatan yang kita lakukan. Lalu kenapa tangan kita masih melakukan kebiasaan menarik rambut itu?

Karena idle. Ya, penulis kembali mengingat saat dimana penulis sedang sibuk dengan kerjaan, proyek dan deadline. Rangkaian aktivitas di kantor maupun di rumah, serta ada temu janji dengan teman di luar (hang out), mengakibatkan tangan penulis selalu bekerja dengan sesuatu (pena, handphone, kertas, menyetir). Tidak pernah terpikirkan oleh penulis untuk mengapai rambut kecil di belakang kepala, karena penulis sudah overheat (kecapekan). Hanya saat tangan penulis idle (nganggur) dan tidak tahu hendak melakukan apa, kebiasaan ini pun kembali muncul.

Jadi apapun event yang kita hadiri, baik kita sedang menunggu karena antrian, macet di jalan (mengakibatkan tangan lepas dari stir mobil), usahakan tangan kita selalu mengerjakan sesuatu! Main HP, ataupun membaca buku, ataupun berbicara dengan orang tentang topik yang sedang Hot di luar.

Selain itu, kita pun harus memberikan "alarm" buat diri sendiri. Bahwa tidak ada keuntungan yang bisa kita dapatkan dari aktivitas menarik rambut ini. Tidak ada juga keuntungan yang bisa kita berikan kepada orang lain juga. Yang kita dapatkan hanya kerusakan yang kita berikan pada rambut ataupun penampilan kita, dan itu sangatlah buruk. Walau rambut itu adalah kepunyaan kita, namun coba pikirkan bagaimana keluarga, kawan ataupun kolega yang sedang bersama kita, mungkin mereka akan mulai menjaga jarak jika mengetahui ada sesuatu yang "hilang" pada penampilan yang kita coba samari.

Jadi, selalu ingatkan diri kita apabila kita sudah mulai menyadari bahwa kita sedang menarik rambut, bahwa ini semua harus disudahi. Mulailah mengerjakan hal positif lainnya saat kita mengetahui tangan kita mulai merespons ke rambut. Dan tentunya bagi mereka yang sanak keluarga atau kerabat ada yang mengalami kelainan ini, jangan dijauhi, melainkan di-support untuk penyembuhannya.

Note:
Jika kulit kepala kita gatal, maka menarik rambut bukanlah solusinya. Mencari dokter kulit ataupun mengganti shampoo adalah solusi yang tepat, karena kulit kepala yang tidak cocok dengan kandungan shampoo akan mengakibatkan timbulnya iritasi / rasa gatal di kulit kepala.

Rambut yang dicabut akan kembali tumbuh seperti sedia kala jika metode penarikannya tidak sampai ke akar rambut. Dalam tidaknya rambut yang dicabut sangat bervariasi bagi tiap individu, sedangkan kegiatan memangkas/memotong rambut tidak sama dengan kegiatan mencabut/menarik rambut. Kebanyakan pada umumnya, mencabut rambut sampai ke akar sehingga membuat rambut menjadi rusak.

source: https://en.wikipedia.org/wiki/Trichotillomania

12 comments:

  1. Kebiasaan yang sering dilakukan, tapi dampaknya tidak baik yah.
    nice artikel, kita jadi tau kalo kebiasaan menarik rambut itu tidak baik

    ReplyDelete
  2. artikel ini persis dengan apa yang saya alami

    ReplyDelete
  3. Met malem agan,,
    Artikel ini presis yg sedang sy alami,,
    Apakah diri saya punya kelainan?
    Setiap detik,menit,jam selalu mencabut rambut kepala,,bukan rambut kepala aja tp alis,bulu mata,tangan dan kaki,,
    Akibatnya jadi botak :-(
    Ingin rsanya berhenti melakukan hal aneh ini tp sulit sekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. rambut lo tp tumbuh lagi apa botak gitu aja ?

      Delete
  4. Saya juga suka cabut rambut sendiri. Rambut yy dicabut yg keriting atau bentuk kruil tebal tipis gitu. Gemes penasaran pengen liat bentuknya, akhirnya dicabut. Setiap hr bisa puluhan helai rambut, kadangkala kalo kepala lg pusing, mencabut rambut sensasinya beda. Nyessss gitu. Aneh juga.. Tapi ya gitu..

    ReplyDelete
  5. nasibku jg kayak gitu,,malahan ngeGoogling ttg ni aja krn menyadari knpakebiasaan buruk ini slalu trjadi😥pengen brenti tp klo kepalaku sakit ujung2nya nyabut rambut bisa agak mendngan.aneh kan

    ReplyDelete
  6. nasibku jg kayak gitu,,malahan ngeGoogling ttg ni aja krn menyadari knpakebiasaan buruk ini slalu trjadi😥pengen brenti tp klo kepalaku sakit ujung2nya nyabut rambut bisa agak mendngan.aneh kan

    ReplyDelete
  7. Saya juga sering begitu sampai2 botak berkali2.

    ReplyDelete
  8. Saya pernah alamin kebiasaan ini 2 kali
    Pertama waktu saya masih kelas 6 SD
    Saya suka bgt nyabutin rambut kepala yang bentuknya itu agak tebel tapi Kayaknya gak rata gitu & agak sedikit kepiting.kalo saya ceritain gimana rasanya yah enak gt min.
    Awalnya saya pilih rambut yang di rasa penyebab gatal lalu saya tarik pelan sambil di goyang gitu, disitu tuh Rasanya enak bgt. Trus habis tu saya cabut dah rambutnya sampe ke akar. nah berhubung tipe rambut saya cepat tumbuh disitu lah Saya baru sadar rambut yang baru tumbuh itu jelek banget abstrak kaya Ada rambut gak sengaja kepotong pendek banget bentuknya lurus keras bukan jatuh kebawa. Padahal rambut gw waktu itu lumayan panjang. alhasil pas di hari perpisahan gua pakai Bando (dari kain) atau apalah itu namanya lumayan lebar tu Bando untuk nutupin rambut baru gw yang kaya rumput baru tumbuh sumpah jelek bgt gua pake ntu Bando apa lagi posisi tu bando agak gw ke belakangangin karna posisi rambut yg baru tumbuh itu Ada di atas bagian belakang kepala gw. Karna sangkin gak pede nya gw waktu itu. Gw ngeri dari kalo Ada yg mau fotonya gw. Setelah itu gw gak mau lagi yang namanya nyabutin rambut.
    Tapi bilangan ini saya gw balik lagi Sama kebiasaan itu seorang gua udah kuliah semester 7. Gak tau kenapa kebiasaan itu terulang lagi padahal gw tau akibatnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
  9. Saya juga suka cabutin rambut, tapi sampai ke akar . Apakah itu bisa tumbuh lagi?

    ReplyDelete

Powered by Blogger.