on 2 comments

Informasi Kadaluarsa Pada Obat (Simple Itu Belum Tentu Aman)

Cerita ini saya dapatkan saat kami sedang jalan-jalan menuju gerai supermarket. Karena saat itu ada sepupu yang mampir ke rumah, maka sepupu tersebut pun diajak turut. Di dalam mobil, sepupu itu bercerita tentang kejadian yang terjadi belakangan ini menimpa salah satu saudaranya. Saat itu saudaranya sepupu baru selesai pulang dari aktivitas kantoran dan rebahan sebentar di kursi panjang di ruang tamu. Karena rasa lelah yang tidak tertahan, dibukalah kulkas untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Dari sekian banyak barang di dalam kulkas, hanya susu yang sepertinya bisa langsung diminum.

Segelas susu pun kini sudah berada digengamannya, dan tidak perlu lama agar isi dari gelas itu berpindah tempat ke dalam perutnya. Namun, rasa susu selepas tegukan pertama sepertinya tidak sesuai dengan gambaran susu yang pernah diminumnya. Saudara itu pun kembali melihat kemasan susu dan mencari tahu letak tanggal kadaluarsa. Hal seperti itu lazim dilakukan karena daya tahan susu yang tidak bisa lama jika sudah dibuka. Ternyata susu tersebut sudah expired atau sudah kadaluarsa.

Tidak ingin makanan yang basi merusak tubuhnya, saudara ini langsung membuka kotak obat dan menemukan obat yang diinginkan. Sekejap mata, obat itu pun ditelannya. Merasa puas akan hasil antisipasinya, si saudara terduduk sebentar dan kembali tersadarkan akan sesuatu. Jika minuman saja mempunyai tanggal kadaluarsa, mungkinkah obat tadi juga memiliki tanggal kadaluarsa ? Alangkah terkejutnya dia ketika mengetahui bahwa obat itu pun ternyata sudah melewati tanggal kadaluarsa.


Kami yang mendengar cerita itu pun tertawa. Tertawa karena membayangkan bagaimana 2 hal tersebut bisa terjadi bersamaan, meminum susu yang sudah lewat kadaluarsa dan meminum obat yang sudah lewat kadaluarsa juga. Namun, tawa kami tidak bertahan lama setelah si sepupu melanjutkan cerita bahwa sesudah saudaranya meminum obat tersebut, keesokkan paginya saudara si sepupu jatuh sakit. Kami pun turut berdebat mengenai apa penyebab sakit yang diderita oleh saudara si sepupu. Banyak kondisi yang bisa mengakibatkan seseorang jatuh sakit, dalam kasus saudara sepupu ini maka hanya ada 3 biangnya, kondisi tubuh yang memang sudah lemah (sudah sakit), susu yang sudah rusak dan terakhir adalah obat yang sudah melewati kadaluarsanya.

Bercerita tentang obat yang kadaluarsa, penulis teringat tentang kejadian yang sudah lama terjadi di kantor namun hingga saat ini menjadi pembelajaran bagi teman-teman. Suatu hari, sekretaris di department tempat penulis berkantor sedang giat-giatnya merapikan lemari dan semua perlengkapan di mejanya. Dari pemotong kertas, penghancur kertas, mesin fotokopi, gantungan kunci dan yang terakhir adalah kotak P3K. Walau kami memang bekerja di department yang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan, namun aspek keamanan sangat ketat sekali diterapkan di department kami. Apa yang membuat kami semua kaget adalah kotak obat yang sangat rapi dan dibuat berkelompok. Untuk yang batuk, maka dapat mencari obat di susunan obat batuk, begitu juga yang sakit kepala maupun sakit perut. Semua dikelompokkan sesuai dengan jenis penyakit. Alangkah mudahnya jika ada orang yang sakit bisa langsung menemukan jenis obat yang cocok tanpa harus mencari serabutan ke dalam kotak obat.

Walaupun sudah ditata dengan rapi, nyatanya permasalahan mengenai obat ini pun memberikan masalah saat ada teman di kantor yang mendadak sakit kepala. Meskipun sudah diarahkan untuk mengambil obat di kotak obat, sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi karena dirinya kebingungan mengenai mana obat yang aman yang bisa dikonsumsi. Kurang jelasnya keluhan dari si teman, akhirnya membuat suasana tempat kerja menjadi ribut. Ketika ditelusuri lebih jauh, ternyata permasalahan yang dibicarakan oleh si teman ini adalah tidak tercantumnya tanggal kadaluarsa pada kemasan obat, sehingga dirinya tidak yakin apakah obat tersebut aman untuk dikonsumsi. Padahal obat yang disediakan di kantor adalah obat generik yang pastinya memiliki tanggal kadaluarsa.

Ini salah satu contoh kemasan obat yang diperbincangkan oleh teman di kantor:
Kemasan pada obat jika obat tinggal sedikit, sisa tempat yang lainnya biasanya digunting atau dibuang
Informasi kadaluarsa pun ikut terbuang
Apakah ada tanggal kadaluarsa di kemasan obat tersebut? Tentu saja tidak ada, karena informasi mengenai kadaluarsa obat tersebut sudah dipotong atau dibuang. Ketika ditanyakan kepada sekretaris, jawabannya adalah agar kotak obat menjadi lebih simple dan lebih rapi. Lagipula, siapa yang butuh kemasan obat yang sebagian besar sudah kosong (hanya bersisa 1-3 butir saja?). Ternyata simple itu belum tentu aman. Alhasil, di hari itu semua obat diinspeksi dan jika di kemasan masih tertera tanggal kadaluarsa maka obat tersebut akan disimpan, selebihnya akan diganti dengan yang baru.

Kita semua mengerti akan kegunaan semua produk (makanan, minuman, kosmetik, kesehatan) dan tentunya menghindari semua produk yang sudah lewat masa pakainya/kadaluarsa. Hal ini juga sering kita jumpai dalam penanganan obat di dalam rumah. Berikut ini tipsnya dalam penanganan obat, baik di rumah maupun di kantor:
1. Obat bukanlah makanan yang sering kita konsumsi. Kita hanya akan memakannya ketika kita sakit. Oleh karena itu, wajar jika kita jarang membongkar isi kotak obat. Dikarenakan jarangnya itu, maka perlu dilakukan inspeksi tiap 3 bulan atau 6 bulan sekali untuk mengecek tanggal kadaluarsa pada obat.
2. Susun obat dengan cara mengelompokkan jenis obat berdasarkan pemanfaatannya. Misalnya, buat kelompok obat untuk sakit flu, buat kelompok lain untuk obat sakit kepala, dan seterusnya.
3. Untuk obat dengan bentuk tablet, jika memang ingin bentuk yang rapi, maka hanya potong/buang bagian kemasan obat yang tidak memiliki informasi tanggal kadaluarsa.
4. Untuk obat berbentuk botol (syrup), informasi tanggal kadaluarsa harus diperhatikan secara seksama apakah tertera di botol atau di kotak botol. Jika tanggal kadaluarsa obat syrup tersebut ada di kotak botol, maka kotak botol tidak boleh dibuang.
5. Selalu sediakan obat dalam jumlah yang cukup tapi tidak berlebihan juga. Misal, obat sakit kepala tersisa 1 butir, maka kita harus segera untuk membeli setidaknya 2 strip (isi 4's) ataupun 1 strip (isi 10's).

Selalu utamakan kesehatan dan tentunya mencegah lebih baik daripada mengobati.

2 comments:

Powered by Blogger.