on Leave a Comment

Mengapa Takut Dikoreksi?

Ketika pertama kali kita mendengar kata "koreksi", biasanya kita sudah bisa membayangkan bahwa ada sesuatu yang akan diperbaiki. Banyak sekali kejadian dalam hidup yang menggunakan kata itu.

Dimulai dari sejak kita bersekolah. Anak-anak yang diberikan tugas, pada akhirnya harus diperiksa oleh bapak/ibu guru. Sering sekali jika jawaban dari suatu pertanyaan dalam tugas yang diberikan tidak memiliki jawaban yang tepat, biasanya si guru akan berkata "no sekian..jawabannya masih salah, tolong dikoreksi kembali". Walau pada akhirnya, jawaban yang benar akan diberikan di akhir hari di sesi dalam kelas itu.

Hal yang sama pun dialami ketika kita duduk dibangku perkuliahan. Bedanya dengan masa di bangku sekolah,  di kampus seorang dosen tidak akan memberikan jawaban terhadap pertanyaannya secara cuma cuma, dan biasanya mahasiswa harus mencari jawabannya terlebih dahulu (biasanya harus jungkir balik dulu) sebelum mendapatkannya langsung dari si dosen. Hal yang paling ditakuti oleh mahasiswa tentunya saat di persiapan ujian akhir, dimana perkataan "koreksi" yang muncul dari dosen pembimbing ataupun dosen penguji,   dapat menambah lama waktu berbakti mereka di kampus. Yang tadinya menginginkan lulus tepat waktu, jadinya harus ditambah 1 semester.

Hingga saat kerja pun, kata koreksi masih membuat bulu kuduk kita berdiri ketika kita maju ke depan meja bos untuk menyampaikan laporan. Ada apa dengan kata koreksi?


Mengapa Takut dikoreksi

Koreksi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah pembetulan,  perbaikan,  pemeriksaan. Bisa dikatakan bahwa koreksi adalah proses yang mengidentifikasi sesuatu yang salah dan dilakukan tindak lanjut agar hal tersebut kembali menjadi benar.

Kita ambil satu contoh. Di bidang kedokteran, yaitu di bagian tulang. Ketika ada atlet yang cedera pada tulang atau ada orang yang sedang sial mengalami masalah pada tulangnya, biasanya dokter yang sudah memeriksanya akan mengatakan bahwa kondisi tulangnya harus dikoreksi. Jadi benar, bahwa koreksi di dunia kedokteran adalah membuat posisi yang salah menjadi kembali ke posisi semula (posisi yang benar).

Penulis setuju jika kata koreksi bukanlah kata yang memiliki makna negatif. Hal ini sudah menjadi anggapan dari masyarakat, bahwa jika kita dikoreksi maka apa yang kita lakukan sebelumnya adalah salah dan kita takut sekali jika kita salah, lagipula siapa yang ingin salah?

Oleh karena itu, kita sering sekali tidak suka pada bagian "dikoreksi" . Mengenai bagaimana kita makan, bagaimana kita menyajikan laporan untuk atasan kita, ataupun bagaimana kita membawa diri kita ke dalam keluarga maupun masyarakat.

Sebenarnya koreksi ini bagus, karena membuat yang salah menjadi benar. Jika suatu saat kita dikoreksi oleh seseorang, berarti kita ada atau sedang melakukan kesalahan. Kita harus menyampaikan terima kasih kepada orang itu dan tentunya setelah mendengar bagian mana yang harus dikoreksi dan jika dia memiliki pengalaman terhadap bagian itu, mungkin kita bisa meminta apa saran terbaik yang dapat kita lakukan. Dengan demikian, kita sudah selangkah lebih depan dalam hal memperbaiki diri.

Tentunya kita harus bijak dalam menerima masukan dan memilah bagian apa yang harus dikoreksi. Utamakan hal yang berhubungan dengan orang banyak, bukan hal yang bersifat pribadi. Contohnya, bagaimana kita memperlakukan teman kantor kita, walau kita adalah atasan mereka. Bukan mengenai masalah hobi atau keberagaman sifat(budaya) yang harus disatukan.

See, tidak ada yang salah dan tidak harus malu ketika kita dikoreksi oleh orang lain. Jika mereka benar, mengapa kita tidak menerima dan memperbaiki diri? Jika mereka salah? Itu berarti mereka memberi perhatian kepada kita. Nothing to lose.

Koreksi pada dasarnya membuat yang salah menjadi benar. Lagian, siapa sih yang tidak suka dengan kebenaran?

NB: Penulis sempat melihat di salah satu acara di televisi tentang berita valas dan pasar modal. Di sana dikatakan bahwa IHSG di hari itu terkena koreksi. Hari sebelumnya, memang IHSG dikatakan menguat (menghijau) walau regional memerah. Jadi menurut pembawa acara, bahwa kemarin IHSG menguat naik dan sehari setelahnya melemah turun. Kondisi ini ditanggapi dengan mengatakan bahwa IHSG mengalami koreksi.

Jika koreksi adalah proses membuat sesuatu yang salah menjadi benar, apakah hal itu berarti IHSG memang seharusnya melemah turun?  Sedangkan menurut penuturan dari sahabat penulis yang berkecimpung di dunia valas dan pasar modal, sampai sekarang belum ada acuan yang benar mengenai berapa posisi yang tepat untuk kategori pasar modal.

Ada anggapan di kalangan pasar modal bahwa apapun yang terjadi di market (pasar), market selalu menang. Menjadi satu hal yang susah jika harus menentukan nilai yang tepat, sedangkan kapanpun market selalu benar? Maka penulis sepertinya setuju jika kata koreksi tidak tepat bila digunakan di pasar modal.

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.