on Leave a Comment

Perubahan : Butuh Waktu

Pada artikel sebelumnya, kita sudah membahas bahwa jika sikap kita berubah, maka sikap orang lain terhadap kita akan berubah.

Namun apakah semudah itu mengubahnya? Sedikit contoh yang ingin penulis berikan, dari era jaman telepon yang masih memiliki antena hingga sekarang muncul gadget (istilahnya di jaman modern ini) ada beberapa hal yang tidak dapat dipercepat.

Telur ayam butuh waktu 21 hari agar bisa menjadi anak ayam. Belum ditemukannya teknologi yang dapat mempercepat proses ini. Tentunya merupakan berita bagus bila kita bisa mempersingkat waktu eraman terhadap telur tersebut. Apa jadinya jika kita memaksakan telur tersebut keluar / pecah sebelum waktunya?

Ada yang berkelakar dengan mengatakan bahwa saat itu tiba adalah saatnya makan telur goreng. Candaan yang nyaris garing.

Another example, pernah melihat bagaimana artis yang tiba-tiba bersinar hanya dalam waktu singkat? Sesingkat itu pula ketenaran yang mereka capai setelahnya. Coba lihat bagaimana artis yang hingga saat ini masih ada, bertengger di papan atas dengan bayaran yang selangit. Mereka mencapainya bukan dalam semalam atau semudah membalikkan telapak tangan. Mereka mengapainya dengan "waktu".

Perubahan memerlukan waktu. Rentang "waktu" ini hendaknya merupakan rentang yang optimum, bukan terlalu cepat ataupun terlalu lambat. Terlalu cepat artinya tergesa-gesa , hasilnya dapat kita lihat beberapa contoh di atas. Terlalu lambat pun tidak baik, karena perubahan itu pada akhirnya akan mempengaruhi hasil. Dari hasil itulah dapat disimpulkan apakah perubahan itu benar-benar terjadi atau hanya kiasan semata yang diobral.

Kalau demikian, muncul pertanyaan: apakah ada perubahan yang tidak memerlukan waktu ?

Satu hal yang pasti, perubahan yang dipaksakan, cepat atau lambat tidak akan memberikan hasil yang diinginkan. Trust me, it works ;p

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.