on 1 comment

Saat Kakak Adik Bertengkar, Apa Yang Harus Dilakukan?

Pernah melihat orang bertengkar? Bisa jadi orang yang bertengkar itu adalah sepasang suami istri, orang tua dan anak ataupun kakak adik yang sedang bertengkar. Kejadian tersebut tidak dapat dihindari terutama bagi mereka yang memiliki saudara. Adanya saudara dalam rumah adalah berkah bagi orang tua. Dimana orang tua terkadang tidak selalu berada di rumah, apalagi jika kedua orang tua aktif bekerja di luar rumah. Saudara adalah teman terdekat yang pertama kali bisa ditemui sebelum anak-anak berinteraksi dengan teman di luar rumah.

Namun, saudara tidak selamanya bisa akur. Tingginya intensitas bertemu tidak bisa menjadi tolak ukur bahwa antar saudara dapat hidup harmonis di sepanjang waktu. Bisa jadi karena banyaknya waktu yang dihabiskan tersebut, banyak hal yang bisa dibicarakan, didiskusikan dan diperdebatkan.
Biasanya alur komunikasi yang terbentuk di antara saudara dimulai dari adanya ketertarikan pada benda atau hal yang sama. Hal tersebut dilanjutkan dengan pembahasan ringan dan jika diteruskan lagi maka akan masuk ke sesi debat. Hasil akhir dalam debat hanya menghasilkan dua akhir, apakah kedua belah pihak setuju atau berakhir dengan drama. Jika hal ini terjadi pada anak kecil, pastilah keduanya akan berargumen dan pada akhirnya bisa bertengkar.

Kejadian di atas sering sekali kita temui. Tidak perlu jauh-jauh untuk mengambil contoh, di dalam rumah pun hal tersebut bisa terjadi. Apa yang harus dilakukan jika kita menemui mereka sedang bertengkar?
Source: https://www.flickr.com/photos/ameriswede/7269314320
Jika diingat kembali, penulis pernah mengalami adegan pertengkaran yang hebat dengan saudara sendiri. Tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan kami berdua bisa bertengkar. Yang pasti saat itu kami memang bertengkar dan berargumen dari pagi hingga siang. Setiap hal yang kami temui bersama, selalu menjadi bahan untuk diperdebatkan. Suasana dalam rumah pun tidak menyenangkan karena seringnya kami beradu mulut. Kami sudah tidak malu lagi untuk berdebat, baik di depan orang lain, maupun di depan orang rumah. 

Saat itu nenek kami sedang ada di rumah. Nenek memang sedang berkunjung ke rumah jika sedang suntuk di rumah. Melihat kami yang bertengkar, dia hanya lalu lalang dan mengerjakan apa yang harus dia kerjakan saat itu. Sekalipun dia ditanyakan mengenai siapa yang lebih benar, dirinya lebih memilih diam dan tidak berpihak kepada siapapun. Saat kami bertengkar, memang kami cenderung menarik massa untuk memperkuat argumen yang kami pertahankan. 

Selama apapun debat yang terjadi, hal itu akhirnya harus berhenti sejenak. Selayaknya orang yang sedang bertengkar, akan ada sesi dimana kami harus istirahat sebelum debat dilanjutkan. Saat itu nenek ,yang sedari tadi berada di sana, memulai pembicaraannya. Nenek bercerita mengenai dirinya sendiri. Hal yang sudah bosan untuk kami dengarkan. Dia mengungkit masa lalunya dengan mengatakan bahwa dirinya adalah satu-satunya anak yang dimiliki orang tuanya. Sungguh menyenangkan menjadi anak satu satunya yang dimiliki oleh keluarga. Semua barang menjadi miliknya, semua kebutuhan akan rumah tangga itu lebih banyak bersumber dari keinginannya. Oh, alangkah indahnya hidup itu, begitu kiranya yang sedang kami pikirkan. 

Nenek kemudian melanjutkan ceritanya bahwa sekalipun dirinya bahagia, namun dirinya sering sekali menaruh iri terhadap mereka yang memiliki saudara. Kadang dirinya kesepian saat memainkan mainan kesukaannya. Tidak semua mainan bisa dimainkan solo, terkadang lebih seru jika dimainkan oleh lebih dari seorang. Saat berada di luar rumah, sungguh menyenangkan jika bisa main kejar-kejaran. Sedangkan dirinya hanya sendiri, sekalipun ingin main kejar-kejaran, hanya bayangannya sebagai teman bermainnya.

Mendengarkan cerita nenek, kami pun saling bertatap muka. Belum selesai sampai di sana, nenek kembali meneruskan ceramahnya. Dia bangkit dari tempat duduknya dan kemudian meminta kami untuk melakukan gerakan dengan memeluk namun ke arah sebaliknya. Jika biasanya memeluk adalah gerakan untuk merangkul orang di depan kita, namun kali ini kami harus merangkul orang di belakang. Bisa dibayangkan sangat sulit sekali menggapai tangan kita sendiri jika kita memeluk ke belakang, bahkan terkadang muncul rasa sakit jika dipaksakan. Nenek pun berkata "Bagaimana? sulit bukan? Kalau sulit, coba lakukan hal yang sebaliknya, berpelukan seperti yang biasanya orang lakukan"

Dengan berpelukkan, tangan yang satu dapat memegang tangan yang lain. Dengan demikian, kami bisa saling menjaga satu sama lain. Memang lebih baik berpelukan daripada melakukan hal yang sebaliknya. Nenek kemudian berkata "Saudara itu harus saling berpelukkan, jadi ikatan antar keluarga menjadi semakin kuat. Semakin kuat kita, semakin sulit kita untuk diadu domba oleh yang lain"

Saat itu kami disadarkan oleh perkataan nenek tentang arti pentingnya saudara. Mulai saat itu, jika kami bertengkar maka kami selalu ingat akan perkataan nenek kami. Bertengkar karena mempertahankan argumen adalah hal yang biasa, namun setelahnya kami akan tetap tertawa bersama. 

Kami mungkin memang berbeda satu dengan yang lain. Kami mungkin tidak sama dalam hal fisik, berbeda dalam pandangan dan cenderung tidak sepakat dalam berbagai hal, namun kami adalah saudara. Dalam situasi apapun, kami akan saling menjaga satu sama lain.

1 comment:

  1. Play Online Casino - AprCasino
    Try your luck at the top online casino table games, with a diverse selection of table games from popular providers. From slots and roulette to ‎Online Casino Games · ‎Betsoft · 안전한 카지노 사이트 ‎Slot Titles

    ReplyDelete

Powered by Blogger.